>
.....MASTER OF ANIMATION.....
-

Minggu, 13 Juni 2010

Generasi Bebas Narkoba, Sebuah Keniscayaan!


Persoalan krusial seputar Narkotik dan Obat-Obat Terlarang (Narkoba) dengan segala ragamnya; sebenarnya telah menjadi masalah klasik yang tak kunjung teratasi. Kian hari, kian canggih pula peredaran barang haram ini dalam menerkam para korbannya. Si korban bisa datang dari kalangan manapun. Tak peduli status ekonomi, usia maupun tempat tinggal. Bisa dipastikan, jika seseorang telah kecanduan, ia akan menghalalkan segala cara guna memperoleh narkoba. Tak terkecuali dengan tindakan kriminal sekalipun. Tak heran jika lantas para pemakai Narkoba juga rentan terhadap tindak kriminal. Efek negatif yang ditimbulkan Narkoba membuat para pemakainya kehilangan akal sehat. Mereka cenderung berbuat tanpa kontrol. Mengonsumsi Narkoba akan memicu bagi serentetan aksi kemaksiatan lainnya. Entah perkelahian, pencurian hingga perzinaan. Tak hanya itu, Narkoba juga menimbulkan kerusakan tubuh yang fatal. Bukan mustahil jika lalu banyak yang berujung pada kematian. Dari sisi sosial, para pemakai Narkoba akan tersisihkan. Mereka dianggap sebagai sampah masyarakat yang perlu dijauhi agar tak menular kepada yang lain. Jika sudah demikian, mereka akan menjadi kelompok marginal. Mereka pun lalu membentuk koloni yang ingin berusaha mempertahankan eksistensinya. Kemudian muncul geng-geng yang kerjaannya meresahkan masyarakat setempat. Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga tergolong tinggi kaitannya dengan kasus narkoba, terutama pada wilayah kota. Realitas sosial ini tentu mengundang keprihatinan banyak kalangan. Pasalnya, Kota Jogja telah lama populer sebagai kota berpendidikan. Dengan semakin banyaknya kasus Narkoba di wilayah ini tentu membuat nama baik kota milik Sri Sultan HB X akan tercemar. Bukan tak mungkin jika lalu banyak masyarakat enggan menuntut ilmu di Jogja. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin kota ini nanti akan berubah menjadi Jogja eks-Kota Pelajar. Untuk itu perlu upaya berkesinambungan dalam rangka menghalau peredaran barang haram ini. Pemerintah, aparat dan juga masyarakat hendaknya bersatu padu menyatakan perang pada Narkoba. Pemerintah daerah, sebagai pemangku kebijakan perlu mengeluarkan peraturan dan sanksi tegas pada bandar narkoba. Kalau perlu sanksi yang seberat-beratnya diberlakukan. Dengan demikian para bandar dan juga pengedar akan berpikir seribu kali lipat jika akan melakukan aktivitasnya. Selanjutnya aparat keamanan juga wajib meningkatkan kinerjanya dengan pelbagai operasi pekat (penyakit masyarakat). Sebab, pekat juga identik dengan peredaran Narkoba. Sejauh ini kinerja aparat sudah baik, namun perlu ditingkatkan baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Operasi pekat tak harus menunggu datangnya bulan Ramadan saja, tapi juga hari-hari biasa. Jangan sampai ada celah sedikitpun bagi keberadaan narkoba. Masyarakat juga tak boleh berpangku tangan menunggu kerja aparat terkait. Kita bisa menunjukkan peran dengan aktif memberikan informasi terhadap setiap gerak-gerik mencurigakan yang bisa jadi dilakukan oleh sindikat Narkoba. Dengan adanya keterbatasan jumlah aparat, maka sikap pro-aktif masyarakat akan sangat membantu. Ini juga untuk mempermudah bagi aparat untuk melakukan tugasnya. Narkoba, apapun ragamnya wajib diperangi. Barang inilah yang merusak masa depan generasi Indonesia. Tentu kita tak ingin bangsa ini ambruk lantaran Narkoba. Dalam hal ini, Jogja bisa mengawalinya dengan mewujudkan Kota Jogja yang bebas dari Narkoba. Harapannya, niat baik ini segera diikuti oleh daerah-daerah lain Kendati demikian, kita juga tak boleh sewenang-wenang terhadap para pemakainya. Biar bagaimanapun, mereka adalah korban yang harus diselamatkan. Yang wajib diperangi adalah Narkobanya, bukan orangnya. Ke depan, mudah-mudahan bangsa ini benar-benar “suci” dari Narkoba.

* Muhammad Safrodin, mahasiswa KPI Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogya

Sumber: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages