>
.....MASTER OF ANIMATION.....
-

Selasa, 15 Juni 2010

Berprestasi Tanpa Narkoba


Keterbelakangan ekonomi melahirkan kemiskinan. Keterpurukan di bidang pendidikan menghasilkan manusia-manusia yang hanya cerdas secara kognitif, tapi tidak berkompeten dalam mencari alternatif dan menentukan pilihan.

Dua hal tersebut sangat berpotensi mencuatkan berbagai fenomena penyimpangan, sebut saja misalnya penyalahgunaan narkoba/napza.
Kemiskinan, dalam taraf tertentu, akan mampu membuat seseorang nekat melakukan apapun sekedar agar dapat bertahan hidup, termasuk dengan melanggar hukum. Menjual dan mengedarkan narkoba/napza hanyalah satu
dari sekian hal yang bisa ditempuh, bila merasa sudah kehabisan pilihan.

Apalagi saat sekarang ini, Indonesia sudah menjadi produsen narkoba/napza sehingga membuka banyak peluang bagi individu-individu yang berpikiran pendek, untuk melibatkan diri dalam sindikat perdagangan narkoba/napza demi keuntungan jangka pendek dengan mengorbankan kepentingan yang lebih besar.

Sedangkan masih rendahnya kualitas pendidikan menghasilkan individu yang gegabah, cenderung memilih jalan pintas dengan mengabaikan proses, serta kurang matang dalam pertimbangan. Sehingga, bila dihadapkan pada permasalahan, sering tak mampu mengembangkan inisiatif dan alternatif solusi. Masalah kecil acapkali dipandang sangat memusingkan.

Apalagi bila menghadapi masalah besar, mungkin saja individu akan mencari pelarian pada narkoba/napza. Walaupun tak selalu terjadi, namun tentunya harus dicermati.

Tak ada jalan lain, untuk bangkit dari keterbelakangan dan keterpurukan, harapan terletak di tangan generasi muda. Merekalah yang diharapkan mampu membangkitkan Indonesia melalui berbagai prestasi di kancah lokal, nasional, maupun internasional. Dan prestasi hanya mungkin diraih tanpa narkoba.

Untuk itulah, pemerintah perlu segera merumuskan kebijakan penanggulangan ancaman narkoba/napza yang lebih terpadu. Hanya peraturan perundangan saja takkan banyak manfaatnya, bila tak diikuti upaya penegakan dan pengendalian sosial secara efektif serta berkesinambungan. Melibatkan segenap komponen masyarakat, semisal LSM, pendidik/akademisi, orangtua, tokoh masyarakat, serta pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya, merupakan suatu keniscayaan bila sungguh bertekad menyelamatkan generasi muda dari ancaman penyalahgunaan narkoba/napza.

Sudah bukan saatnya lagi, berbagai kebijakan yang diambil, termasuk mengenai penanggulangan narkoba/napza, bersifat top-down.
Kepentingan masyarakat dikalahkan oleh tuntutan dari ‘atas’, sehingga kebijakan terpaksa diciptakan sebagai program atau proyek pusat. Sementara masyarakat nyaris tidak dilibatkan sama sekali.


Sumber:http://www.hariansumutpos.com/2010/01/berprestasi-tanpa-narkoba-2.html

Oleh:
Fritz Hotman Damanik
Staf Pengajar Mata Pelajaran Sosiologi/Koordinator OSIS SMA Harapan Mandiri

1 komentar:

Pages